Kamis 16-03-2017,11:00 WIB
BULAN Ramadan tahun 2012, ustad Dede Muharam yang membimbing saya saat melakukan ibadah umrah di Kota Madinah dan Mekkah. Kemarin siang, saya bertemu lagi dengannya, di sebuah kedai “Nasi Jamblang Kang Dede”, di gedung Andalus City, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
|
Dede Muharam (kiri) tawarkan nasi jamblang. Foto: Ist./Rakyat Cirebon |
Itu pertemuan yang pertama setelah lima tahun tidak lagi berjumpa. “Ohh Masha Allah…, sudah lama ya kita tidak ketemu,” begitu kata Ustad Dede Muharam Lc, saat bertemu lagi. Masih bersahaja. Tetap murah senyum. Dan selalu semangat ketika membahas ekonomi kerakyatan. Beberapa bisnis dan kegiatan sosial yang dibangunnya dari nol kini sudah membuahkan hasil.
Bahkan, baru-baru ini beliau mendirikan Pusat Produk Indonesia di Kairo, Mesir, yang sangat diapresiasi oleh Kemenlu, karena menjadi tempat segala macam produk Indonesia dipamerkan dan dijual di sana. Benar-benar sosok “Ustad Entrepreneur”.
Yang berbeda darinya sekarang adalah, beliau sedang diperbincangkan banyak orang di Kota Cirebon sebagai calon kandidat walikota. Sebutan familiar di tengah masyarakat pun mulai berubah, dari “Ustad Dede” menjadi “Kang Dede”.
Pertemuan itu mengingatkan kembali saat bersama Kang Dede di tanah suci. Selain membimbing beribadah, kang Dede rupanya mengerti benar kebutuhanku sebagai jurnalis, menjelajah tempat-tempat yang bagus untuk dibikin sebuah tulisan. Akhirnya, datanglah dari Kang Dede ajakan untuk pergi ke ruangan di Masjid Nabawi Almunawarah Madinah yang mungkin tidak banyak orang tahu.
Kang Dede, ternyata membawa saya ke Bagian Perpustakaan Suara, yang terletak di Pintu 17 Masjid Nabawi. Petugas yang bekerja di bagian tersebut berkerja menyimpan kajian-kajian, khutbah-khutbah dan rekaman salat-salat di Masjid Nabawi.
“Apapun yang keluar dari soundsystem Masjid Nabawi secara otomatis akan terekam pada alat yang ada di ruangan ini. Suara adzan, khutbah, suara imam salat, hingga kajian-kajian yang dilakukan di dalam masjid akan terdokumenasi lengkap,” kata Kang Dede menjelaskan ketika itu.
Istimewanya, berkat diplomasi Kang Dede, oleh petugas saya diberi hadiah berupa 5 keping CD yang berisi rekaman pengajian, adzan, khutbah dan kajian-kajian yang ada di Masjid Nabawi. Barang berharga itu dimasukkan ke dalam kantong plastik putih dan sampai penginapan langsung disimpan di dalam tas bagian terdalam, agar aman. Harapannya, CD itu akan diputar di dalam rumah, atau di mobil, agar suasana Masjid Nabawi akan terus terbawa.Tetapi sayangnya…
Sayangnya, sampai di rumah, kantong plastik putih itu malah tidak ada. Semua isi tas dibongkar. Seminggu kemudian dibongkar lagi tasnya, tetap saja tidak ada. Sampai berkali-kali dibongkar, juga tidak ditemukan. Benar-benar “menghilang” tidak ada jejaknya… Ah menyesal. Yang tertinggal kini cuma kenangannya.
Sekarang Kang Dede sedang sibuk melaksanakan diplomasi lagi. Tapi lali ini diplomasi untuk mewujudkan keinginan sejumlah masyarakat yang mendorongnya maju di Pilkada Kota Cirebon, tahun 2018. Katakanlah diplomasi politik, karena memang yang sering diajak diplomasi adalah para politisi atau petinggi partai. Karena ngobrolnya sering di kedai Nasi Jamblang miliknya, maka sering disebut juga sebagai “Diplomasi Nasi Jamblang”.
Diplomasinya ternyata lumayan berhasil. Memancing sejumlah kalangan, terutama pengusaha dan politisi untuk mengenal lebih jauh siapa, dan apa yang bisa dilakukan untuk Kota Cirebon oleh Kang Dede. Bos Grage Mall, Bamunas S Boediman atau Oki, juga sudah lebih dulu menemui Kang Dede dan terlibat dalam Diplomasi Nasi Jamblang.
Diplomasi itu kemudian berlanjut dengan elit Partai Gerindra yang mengunjungi Kang Dede. Kunjungan tersebut malah kemudian memunculkan konflik di internal Gerindra Kota Cirebon karena partai besutan Prabowo Subianto itu dianggap sedang mencari figur di luar partai untuk dijadikan calon walikota. Padahal, ada figur internal yang sebelumnya sudah disebut-sebut akan diusung oleh Gerindra.
Terakhir yang datang berkunjung adalah partai baru, Partai Berkarya. Ketuanya di Kota Cirebon, memang masih sahabat Kang Dede, H Sofyan SKom MM. Tak hanya berkunjung, Partai Berkarya sudah nyata-nyata ikut memberikan dukungan kepada Kang Dede untuk bertarung memperbutkan kursi walikota.
Nasi Jamblang menawarkan keberagaman menu dan pilihan, disajikan dengan cara terbuka, harganya relatif murah dan sekaligus menguji kejujuran. Hampir tidak ada yang tertutup dalam diplomasi yang dilakukan Kang Dede; terbuka dan apa adanya, ditawarkan berbagai pilihan, dan mengedepankan kejujuran. “Kota Cirebon harus dibangun dengan semangat idealisme, dari stakeholder yang mempunyai kesamaan visi. Plus dilandasi dengan basic agama, kejujuran,” kata Kang Dede. (iing)